Tuesday, March 30, 2010

Time Flies by Lykke Li

I have listen to this song before, at a TV show called So You Think You Can Dance Season 6(and i just downloaded the music). A Lyrical Jazz Music. To be honest, the song sounds like a Lullaby, for me. And the lyric is... Like this:


I sit tight, don't want to miss the show
I hang on, don't want to miss my prime
Time will fly, upon my baby's back
Time will fly, upon my baby's back

Stay a while, my baby wants me to
Don't you go, my baby begs me so
But tide will dry, upon my baby's back
Tide will dry, upon my baby's back

And I get weak
I get weary
I miss sleep
I get moody
I'm in thoughts
I write songs
I'm in love
I walk on

So fingers crossed, my time is coming now
Don't you go, my baby begs me so
Time will fly, upon my baby's back
Time will fly, upon my baby's back

I get weak
I get weary
I miss sleep
I get moody
I'm in thoughts
I write songs
I'm in love
I walk on

credit: http://www.sweetslyrics.com/574542.Lykke%20Li%20-%20Time%20Flies%20.html


But still... Nice music~ and the dance was so beautiful XD

Saturday, March 27, 2010

Little Love Story, Chapter 2 – Contacts

Chapter 2 – Contacts

Shinny park, entah kenapa taman di kota itu dinamakan dengan nama Shinny park. Mungkin karena di taman itu terkadang terlihat sangat terang pada saat siang hari, sementara pada pagi atau sore hari udara di taman itu sangat sejuk, dan di malam hari udaranya bisa menjadi sangat dingin.

Terlihat sudah ada seseorang di taman itu, seorang gadis berambut panjang yang berwarna biru gelap mendekati warna hitam dan memakai gelang berwarna ungu gelap, hampir seperti hitam. Sepertinya gadis itu sedang menunggu seseorang. Tidak lama kemudian seorang gadis lagi dengan cirri-ciri yang sama tapi dengan warna gelang yang berbeda, warna putih atau lebih tepatnya silver. Sepertinya mereka berdua anak kembar identik.

“Hei… Maaf… Sudah lama menunggu?” Gadis dengan gelang warna silver itu bertanya dan meminta maaf.

Gadis dengan gelang ungu gelap itu hanya mengangguk, “Ya… Tidak apa-apa. Lagipula kita juga mau bertemu dengan seseorang.” Ucapnya.

“Ya… benar juga…” Balas gadis yang satunya lagi.

Sepertinya mereka sedang menunggu seseorang. Sahabat atau musuh? Atau orang yang penting bagi mereka? Yang pasti mereka sedang menunggu seseorang di taman itu.

Sementara di jalan, agak jauh dari taman, seorang gadis berambut coklat yang kita kenal sebagai Avaron, masih berjalan tanpa tujuan. Ia mengambil handphonenya dan melihat kalau ia mendapat beberapa pesan. “Let’s see…….” Gumamnya, melihat pesan yang diterimanya. “Shinny park? Ok.” Gumamnya lagi, berlari menuju Shinny Park dengan.

Hanya dalam beberapa menit ia sampai di Shinny Park dan melihat kedua gadis kembar itu. “Ah… Hei…! Maaf lama! Sepertinya aku telat dating lagi!” Ucapnya sedkit berteriak ke arah dua gadis itu. Ternyata Avaron orang yang sedang ditunggu kedua gadis itu.

Salah satu dari gadis kembar itu, lebih tepatnya yang memakai gelang berwarna ungu gelap, menghela nafas. “Hh… Ya… kami memaklumi Avaron. Kau selalu telat.” Ucapnya agak dingin

“Ya ya… Aku kan sudah minta maaf.” Avaron membalas dengan senyum innocentnya. “Tapi ngomong-ngomong, apa yang dilakukan oleh Schatten dan Licht Geisterdadt di sini?” Avaron bertanya, melihat ke arah gadis dengan gelang ungu gelap saat mengucapkan nama Schatten, dan melihat ke arah gadis dengan gelang silver saat mengucapkan nama Licht.

Geisterdadt, nama keluarga yang sedikit aneh untuk orang Jepang. Mungkin kedua gadis kembar itu bukan keturunan asli Jepang dan dari nama mereka bisa ditebak kalau mereka keturunan orang Jerman.

“Kami hanya ingin bertemu denganmu. Lagipula kita sudah lama tidak bertemu kan?” Licht, gadis dengan gelang berwarna silver menjawab dengan jawaban yang disertai pertanyaan.

“Iya juga sih… Tapi baru beberapa bulan tidak bertemu belum bisa dikatakan lama.” Avaron menjawab dengan sedikit ragu.

“Ya ya… Mengesampingkan hal itu, kalau kami ingin bertemu denganmu, bagaimana kalau kau memberitahu kami alasan kau terlambat dating.” Ucap Schatten, gadis yang satu lagi. “Kau selalu mempunyai alasan yang bagus untuk terlambat bukan?” Tambahnya, dengan tatapan sedikit mengancam. Sementara Licht hanya bisa diam melihat tatapan yang diberikan Schatten.

Seketika itu juga Avaron menjadi sweatdrop, berfikir apakah ia harus memberitahu alasan mengapa ia terlambat. Tapi karena ia melihat tatapan yang diberikan oleh Schatten yang terlihat menakutkan dan terkesan mengancam, akhirnya Avaron pun memberitahukan alasan ia terlambat dating, dan yang pasti ia memberitahukannya tanpa niat.

Avaron memberitahukan kejadiannya dari awal sampai akhir. Yang dimaksud dengan awal adalah saat ia menabrak seseorang di koridor, dan yang dimaksud dengan akhir adalah kejadian di sungai. Sementara kedua temannya hanya bisa diam mendengar cerita Avaron. Mereka terlihat sedikit tidak percaya dengan cerita Avaron.

“Kalian puas…?” Avaron bertanya, terlihat wajahnye menjadi merah lagi karena menceritakan kejadian yang ia alami bersama seorang laki-laki bernama Kaze Fujisaki di sungai.

Schatten dan Licht menatap satu sama lain untuk beberapa detik. Kemudian secara tiba-tiba mereka mulai tertawa, membuat Avaron yang wajahnya masih memerah menjadi kaget.

“Apa itu benar terjadi padamu Avaron?!” Licht bertanya, ia masih tertawa karena cerita Avaron barusan.

“Sangat tidak terduga Avaron yang kita kenal mengalami hal seperti itu…” Ucap Schatten yang juga masih tertawa, tapi setidaknya ia tertawa kecil.

“Hei! Aku serius!” Avaron membalas, ia terdengar serius dari nada biacaranya. “Memang hal itu tidak pernah terjadi padaku tapi…. Itu memang terjadi tadi.” Tambahnya, berusaha meyakinkan kedua temannya itu.

Reaksi yang didapat Avaron dari kedua temannya masih sama seperti tadi, tidak percaya, walaupun kedua temannya sudah tidak lagi tertawa.

“Baiklah… Kami akan mempercayaimu kalau kau mau menunjukkan yang mana anak berambut hitam dan bernama Kaze Fujisaki itu.” Ucap Schatten, sedikit menggoda. Licht hanya mengangguk, tanda ia setuju dengan dengan ucapan Schatten.

Avaron menjadi terkejut lagi karena kedua temannya ingin melihat orang yang ada di dalam cerita Avaron, seorang anak laki-laki berambut hitam bernama Kaze Fujisaki.

“Hei… Mau merencanakan apa kalian dengan bertemu dengannya?” Avaron bertanya dengan curiga.

Kedua temannya hanya memberikan senyum innocent mereka, “Tidak merencanakan apa-apa kok” Mereka membalas secara bersamaan, semakin menambah rasa curiga Avaron. “Jadi…? Mau mempertemukan kita dengan anak itu, A-va-ron?” Tambah Schatten dan Licht, terdengar sedikit mengancam ketika mereka menyebut nama Avaron.

Mendengar ucapan kedua temannya yang terdengar mengancam, Avaron akhirnya pasrah, memutuskan untuk menunjukkan atau mempertemukan kedua temannya dengan Kaze.

“Kalau begitu… Kita ke sungai.” Ucapnya. Sepertinya sekarang Avaron sudah agak tenang. “Mungkin ia masih ada di sana…” Tambahnya, mulai berjalan menuju taman diikuti Schatten dan Licht dari belakang.

Avaron, Schatten, dan Licht sampai di River Side hanya dalam beberapa menit. Sepertinya di sungai itu masih ada anak laki-laki berambut hitan yang tadi diceritakan oleh Avaron.

“Ah… Ternyata dia masih berada di sana…” Pikir Avaron, sweatdrop karena pada awalnya ia berharap agar anak laki-laki itu sudah pergi atau pulang dari sungai.

“Hooo…. Jadi itu orangnya…” Ucap Licht tiba-tiba, sembari menatap anak laki-laki berambut hitam itu.

“Hm…” Schatten hanya bergumam.

Kemudian kedua anak kembar itu menatap satu sama lain, memberikan perasaan yang tidak enak kepada Avaron yang melihatnya. Kemudian mereka terlihat tersenyum yang sepertinya merencanakan sesuatu. Dan secara tiba-tiba…..

“Hei kau!” Schatten menghampiri anak laki-laki itu, “Namamu Kaze Fujisaki bukan?” Tanyanya

Avaron yang melihat itu hanya bisa speechless, tidak tahu harus berkata apa. Sebenarnya ia ingin menghampiri Schatten dan menyeretnya kembali, tapi ia ditahan oleh Licht dan tidak hampir tidak bisa bergerak.

“Ah… Ya… Memangnya kenapa?” Anak laki-laki itu bertanya.

“Kudengar kau teman sekelas temanku itu” Schatten menunjuk Avaron yang masih ditahan oleh Licht, “Boleh minta…………………….” Schatten berbicara dengan suara yang kecil, yang hanya bisa didengar oleh mereka berdua, dan sepertinya Kaze memberitahu sesuatu kepada Schatten yang akhirnya ia catat dengan handphonenya.

Perasaan Avaron menjadi semakin tidak enak , tapi mau bagaimana lagi, ia ditahan oleh Licht agar tidak bisa bergerak dan tidak tahu harus mengucapkan kata apa.

“Ok… Thanks.” Schatten berterima kasih karena sesuatu yang diberikan Kaze. Kemudian ia berjalan kembali ke tempat Avaron dan Licht.

Licht melepaskan Avaron sehingga ia bisa bergerak lagi. Tapi dengan segera Avaron bertanya kepada Schatten dengan perasaan amat sangat curiga, “Hei! Apa yang kau minta dari dia?!”

“Hanya……….” Schatten berbisik di telinga Avaron dan mengirimkan sesuatu ke Avaron dengan e-mail melalui handphonenya. “Disimpan ya…” Schatten menyarankan dengan senyum innocentnya, disertai senyum innocent Licht juga.

Sepertinya ‘sesuatu’ yang diberitahukan Schatten membuat wajah Avaron memerah lagi, tapi kali ini merah padam.

“Okay… I'm going home!” Ucap Avaron, berniat untuk kembali ke asrama di Oozora Gakuen. Tapi belum sempat ia berjalan menuju Oozora, ia melihat Kaze yang sepertinya sedari tadi menatapnya. Kaze hanya tersenyum melihat Avaron dan membuat wajah Avaron menjadi semakin merah dan Avaron pun berlari menuju Oozora, lebih tepatnya langsung menuju kamarnya di asrama.

Schatten dan Licht hanya bisa menahan tawa melihat Avaron yang bisa dibilang salah tingkah. “Maaf teman kami memang seperti itu.” Ucap Licht kepada Kaze mengenai Avaron. “Maaf… Kami pergi dulu.” Ucap Schatten. “See ya Fujisaki-san” Ucap Schatten dan Licht bersamaan, kemudian pergi dari tempat itu.

Sementara di Oozora Gaken, tepatnya di asrama lantai 3, dan lebih tepatnya di kamar Avaron dan juga kamar teman sekamarnya.

Avaron sepertinya sudah merapihkan diri dalam arti lain mandi dan sebagainya. Kemudian ia membuka pesan yang tadi dikirimkan oleh Schatten. Ia pun menghela nafas tapi menyimpan isi pesan itu.

“Hh… Schatten… Licht… You’ll pay for this!!” Pikirnya agak kesal dengan wajah yang memerah karena hal tadi. Walaupun ia sepertinya kesal, tapi ia menyimpan juga isi pesan yang ternyata adalah kontak anak bernama Kaze Fujisaki itu.

- To be continued

Little Love Story, Chapter 1 - First Meeting

Chapter 1 - First Meeting


Hari Jumat di Oozora Gakuen, lebih tepatnya saat pelajaran terakhir, yakni pelajaran Bahasa Inggris dimulai di kelas 1-B. Seorang anak perempuan berambut coklat berlari di koridor sekolah. Sepertinya ia telat masuk ke kelas. Ekspresi wajahnya terlihat tenang, tapi sebenarnya ia takut dihukum karena sudah telat masuk ke kelas.

Saat ia berlari di koridor, tanpa sadar ia telah menabrak seorang anak laki-laki. “Ah… Maaf.” Ucapnya meminta maaf kepada anak laki-laki itu karena sudah menabraknya. Anak perempuan itu kemudian langsung berlari lagi menuju kelasnya, tanpa sadar ia menjatuhkan sesuatu, handphonenya.

Anak laki-laki itu hanya bisa melihat anak perempuan yang menabraknya berlari menuju kelasnya. Ia melihat sesuatu di lantai, “Handphone ini… Sepertinya milik anak itu…” Pikirnya, mengambil dan menyimpan handphone yang dijatuhkan anak perempuan tadi, berniat mengembalikannya kalau bertemu dengannya lagi.

Kelas 1-B, pelajaran Bahasa Inggris sepertina sudah dimulai. Anak perempuan berambut coklat itu akhirnya berhenti di depan pintu kelas, keas 1-B. Terlihat dari wajah anak perempuan itu kalau ia berniat tidak masuk kelas. Walau begitu ia mengurungkan niatnya untuk membolos.

Anak itu membuka pintu kelas secara perlahan, “Sorry for being late sensei…” Ucapnya dengan perasaan agak takut mendapat hukuman dari gurunya itu. “Ah… Good ‘morning’ Kujo-kun.” Guru Bahasa Inggrisnya membalas, dengan nada sedikit ditekankan di kata ‘morning’ dan juga dengan wajah malaikatnya tapi dengan senyum iblis.

Anak perempuan berambut coklat yang dipanggil dengan nama keluarganya, yakni Kujo, melihat ekspresi wajah gurunya. Hanya ada satu orang yang bernama keluarga Kujo, yaitu seorang gadis bernama lengkap Avaron Kujo. Ia pun semakin ingin membolos pelajaran Bahasa Inggrisnya. Tapi sudah telat untuk membolos karena ia sudah masuk ke kelas. Dengan perasaan kecewa karena sudah masuk ke kelas, pun berjalan ke tempat duduknya, barisan kedua dari depan dan tepat di samping jendela.

Avaron menghela nafas, berakhir mengikuti pelajaran Bahasa Inggrisnya. “Lebih baik aku membolos saja tadi…” Pikirnya, mengeluarkan alat-alat tulisnya dan menaruhnya di atas meja. Kemudian ia mencari sesuatu di saku roknya. “Eh… Tunggu… Handphoneku..” Pikirnya cemas karena tidak bisa menemukan handphonenya di saku roknya. “Sepertinya terjatuh saat bertabrakkan dengan orang tadi.” Pikirnya lagi, dengan perasaan cemas mengenai handphonenya, Avaron mengikuti pelajaran Bahasa Inggris itu, berharap pelajaran tersebut cepat selesai, tapi sepertinya 120 menit atau 2 jam itu terasa lama sekali untuk Avaron.

2 jam berlalu, Avaron sepertinya sudah hampir tidak bernyawa karena mengikuti pelajaran Bahasa Inggris dengan gurunya yang bisa dibilang ‘Iblis dalam wujud Malaikat’ dan juga dengan perasaan cemas dengan handphonenya yang hilang.

“Akhirnya… Selesai juga…” Gumamnya, memasukkan alat-alat tulisnya ke dalam tas, dan bergegas keluar dari kelas dengan niat mencari orang yang ditabraknya tadi karena ia menduga orang yang ditabraknya pasti mengambil dan menyimpan handphonenya. “Tunggu…” Avaron berhenti di koridor, “Ciri-ciri orang yang tadi kutabrak seperti apa ya…?” Pikirnya, tidak ingat cirri-ciri orang yang tadi ditabraknya. “Bagaimana aku bisa mencari orang itu kalau aku sendiri tidak ingat cirri-cirinya??!” Pikir Avaron, ia pun menjadi semakin cemas. Avaron akhirnya memutuskan untuk pergi ke kamarnya di asrama.

Sesampainya di kamarnya, Avaron melihat ada teman sekamarnya yang berpenampilan seperti laki-laki. “…..” Ia diam saja, tidak menyapa teman sekamarnya itu. Avaron hanya menaruh tasnya dan mengganti seragam yang dipakainya dengan pakaian untuk pergi jalan-jalan. Ia berniat untuk keluar lagi, hendak mencari orang yang ditabraknya tadi, tapi dimana? Akhirnya Avaron memutuskan untuk mencari udara segar dahulu di dekat sungai, berharap bertemu dengan orang tadi di jalan.

Avaron pergi ke sungai untuk mencari udara segar, ia masih berharap bertemu dengan orang yang ditabraknya tadi di jalan. Tapi sepertinya ia tidak bertemu dengan orangnya. Bagaimana mau bertemu, cirri-ciri orangnya saja ia tidak tahu. Benar-benar tidak ada harapan.

River side, sungai mengalir dengan tenang, dan sepertinya tempat itu sangat tenang. Avaron pada akhirnya tidak bertemu dengan orang yang ditabraknya tadi. Ia menghela nafas, berjalan ke pinggir sungai, melihat ke arah sungai itu. “Pada akhirnya aku tidak bertemu dengan orang tadi… Bagaimana mau bertemu? Ciri-ciri orangnya saja aku tidak tahu…” Pikirnya sedikit kecewa.

Sementara di sisi lain, sepertinya seseorang bari saja sampai di sungai itu. Seorang laki-laki berambut hitam, ia memegang sesuatu di tangan kanannya, seperti sebuah handphone. Laki-laki itu melihat kea rah Avaron, seperti pernah melihat Avaron sebelumnya. “Ah… Bukankah dia…?” Gumamnya, melihat handphone yang dipegangnya.

Anak laki-laki itu berjalan mendekati Avaron. “Mm… Maaf…” Ucapnya secara tiba-tiba di belakang Avaron.

Avaron yang mendengar itu langsung kaget karena ada suara yang sepertinya memanggilnya dari belakang. Ia otomatis berbalik ke belakang, melihat siapa yang memanggilnya. Tapi karena sedikit tidak hati-hati, ia hampir jatuh ke sungai. Anak laki-laki itu langsung memegang tangan Avaron dengan tangan kirinya dan menarik Avaron agar ia tidak jatuh ke sungai. Tapi sepertinya aksi anal laki-laki itu berakhir menjadi seperti sebuah pelukan.

Wajah Avaron langsung memerah. Ia lalu mendorong anak laki-laki itu. “Em… T-terima kasih…” Ucapnya, berterima kasih dengan malu dan juga dengan wajah yang masih memerah, tidak berani melihat wajah orang yang sudah menolongnya itu.

“Ya… Sama-sama.” Anak laki-laki itu membalas dengan singkat. Kemudian ia memperlihatkan handphone yang dipegangnya, “Apa ini milikmu?” Tanyanya.

Avaron melihat handphone yang ada di tangan anak laki-laki itu. Ia terkejut dengan handphone yang ia lihat, “Ah… Itu… Handphoneku!!” Ucapnya berteriak, langsung mengambil handphonenya yang tadi ada di tangan anak laki-laki itu. “Um… Terima kasih…..” Ucapnya lagi, berterima kasih.

“Sama-sama.” Anak laki-laki itu membalas dengan singkat, lagi. “Sepertinya aku pernah melihatmu di kelas.”

“Ah… Ya… Sepertinya kita sekelas.” Avaron membalas, menyimpan handphonenya di saku celananya. “Tidak baik kalau tidak mengetahui nama teman sekelas.” Ucap Avaron dengan senyum. “Namaku Avaron, Avaron Kujo.” Tambahnya, memberitahukan namanya.

“Namaku Kaze, Kaze Fujisaki. Panggil saja Kaze.” Anak laki-laki berambut hitam itu membalas. Kaze Fujisaki, jadi itu nama orang yang tadi Avaron tabrak saat berlari ke kelas karena sudah terlambat masuk kelas.

“Ah… Kaze-kun.” Gumam Avaron dengan senyumnya. “Maaf sudah menabrakmu tadi…” Avaron meminta maaf atas kejadian tadi di koridor.

“Ya… Tidak apa-apa.” Kaze membalas dengan singkat.

“Mungkin… Kita bisa menjadi teman.” Ucap Avaron tiba-tiba. Baru kali ini ia berkata seperti itu kepada orang lain, apalagi orang yang baru saja dikenalnya.

“Teman? Boleh saja.” Kaze membalas dengan singkat, menerima tawaran Avaron untuk menjadi teman. “Atau mungkin bisa menjadi lebih dari sekadar teman…” Ucapnya pelan, hampir tidak bisa didengar orang lain.

“He? Apa kau bilang? Aku tidak dengar.” Avaron bertanya dengan nada dan ekspresi wajah yang polos.

Kaze yang melihat itu langsung reflex berkata, “Ah… T-tidak… Bukan apa-apa..” Agar Avaron tidak curiga dengan apa yang baru saja ia katakan.

“Oh… Kalau begitu… Aku pergi dulu ya. See ya Kaze-kun” Avaron pergi dari sungai, dengan wajah yang kelihatannya agak memerah karena kejadian yang baru saja terjadi saat ia hampir jatuh di sungai itu.

“…..” Kaze tidak sempat membalas ucapan Avaron karena Avaron langsung pergi begitu saja. Ia menghela nafas, “Aneh… Tapi menarik juga.” Pikirnya.

- To Be Continued

Sunday, March 21, 2010

Am I already dead?

Am I already dead?

Aneh... Kenapa suasanya sangat sepi..? Kenapa semua orang di sekolah tidak menyadari keberadaanku? Bahkan guru-guru dan sahabatku... Kenapa mereka tidak menyadari kalau aku berada di sana..?



Aku dan temanku sedang berjalan pulang dari sekolah. Kami berpisah di sebuah persimpangan karena rumah kami berlawanan arah. Aku berjalan melintasi jalan raya. Seperti biasa, aku tidak memperhatikan di sekitarku sampai-sampai tidak melihat kalau lampu merah sudah menyala tapi aku tetap saja berjalan. Aku mendengar beberapa orang berteriak, seperti ada sesuatu yang mengerikan. Tapi aku tetap tidak peduli dengan mereka. Tiba-tiba saja sekelilingku menjadi gelap.

Aku terbangun di tempat biasa, kamarku. Seperti biasa, hari yang baru, tapi dengan kegiatan yang biasanya, kegiatan yang menurutku membosankan. Pergi ke sekolah dan belajar. Kurang lebih hidupku hanya untuk itu saja. Membosankan. Tapi setidaknya aku mempunyai beberapa teman di sekolah, atau di dunia maya yang tidak ada seorang pun yang tau, termasuk orang tuaku.

Kasumi Fukushima adalah namaku. Aku terlahir di keluarga yang biasa-biasa saja. Tapi sepertinya ayah dan ibuku selalu sibuk dengan pekerjaan mereka dan selalu pulang malam sehingga mereka tidak bisa meluangkan waktu bersamaku. Berkat hal itu aku menjadi sedikit tidak peduli dengan keadaan sekitarku.

Jam setengah tujuh pagi. Aku turun dari ranjangku. Aneh sekali… Suasana di rumah sangat sepi. Seperti hanya aku seorang yang ada di rumah. Padahal biasanya ibuku selalu memanggilku karena sarapan sudah disiapkan dan setelah itu ia dan juga ayahku segera pergi bekerja, meninggalkan aku sendiri di rumah. Dan anehnya lagi, kenapa aku sudah memakai seragam sekolahku? Sepertinya aku tertidur dengan memakai seragam sekolahku? Ya sudahlah, aku tidak peduli dengan hal itu.

Aku melihat ke sekeliling kamarku. Aneh… Kamarku terlihat sangat rapih. Seperti tidak ada orang yang memakai kamar itu. Aku berjalan mendekati rak bukuku, memeriksa susunan bukuku yang biasanya berantakan. Kali ini susunannya rapih sekali. Kemudian aku memeriksa peralatan sekolahku di tas yang berada di meja belajarku. Peralatan sekolahku masih tetap berada di tas seperti biasa. Tapi tunggu, kalau semua yang ada di kamarku dirapihkan, bagaimana dengan ranjangku? Akhirnya aku berbalik melihart ke arah ranjangku, terlihat sangat rapih seperti tidak digunakan walaupun tadi aku bangun tepat di atas ranjangku. Aneh sekali. Pada akhirnya, aku turun ke bawah untuk melihat apa yang sedang terjadi di rumah, kenapa rumahku sangat sepi?

Sesampainya di bawah, aku benar-benar terkejut karena tidak ada orang, sangat sepi. Aku berjalan ke meja makan. Tidak ada makanan di atas meja. Sepertinya ibuku lupa menyiapkan makanan untuk sarapanku, dan sepertinya ayah dan ibu sudah pergi kerja. Hal yang sangat jarang terjadi. Akirnya aku memutuskan untuk pergi ke sekolah.

Pintu depan tidak dikunci seperti biasa saat aku ingin pergi ke sekolah dan aku mengunci pintu rumahku dengan kunci rumah yang selalu aku bawa di saku bajuku. Aku berjalan menuju ke sekolah, tidak membawa tas sekolahku karena aku tidak berniat masuk ke kelas. Walaupun aku masuk, aku hanya akan melihat keluar jendela atau tidur di kelas.

Aku sampai di gerbang sekolah. Murid-murid masih terus berdatangan, memasuki sekolah. Sepertinya aku melihat seseorang di antara para murid yang akan memasuki sekolah. Seorang perempuan, dan sepertinya aku mengenal perempuan itu. Ah… Bukankah dia sahabatku? Arisu Yamashina. Seorang putri bangsawan yang anehnya mau menjadi sahabatku.

Tapi Hana berjalan memasuki sekolah tanpa menyapaku dan ia seperti tidak melihat keberadaanku di gerbang sekolah. Aku baru sadar setelah memperhatikan murid-murid lain, sepertinya mereka tidak melihat kalau aku berada di antara mereka. Tapi aku tidak peduli akan hal itu, karena aku sudah sering menjadi orang yang tidak dikena atau bisa dibilang orang yang tidak mempunyai hawa keberadaan. Tapi tidak untuk Arisu, biasanya ia mengetahui kalau aku ada di sana.

Akhirnya aku memasuki sekolah juga. Tapi aku tidak masuk ke kelas. Guru-guru yang berjalan di koridor sekolah sepertinya tidak menyadari kalau aku berada di sana karena mereka hanya berjalan tanpa menanyakan kenapa aku tidak masuk ke kelas. Sebenarnya apa yang terjadi di sini? Kenapa semua orang termasuk Arisu sepertinya melihat kalau aku berada di tempat yang sama dengan mereka? Pada akhirnya aku menunggu sampai bel pulang berbunyi. Saat istirahat aku perhatikan Arisu sama sekali tidak keluar dari kelas. Tidak biasanya ia begitu.

Bel pulang berbunyi. Semua murid di kelasku dan di kelas lain segera keluar untuk pulang atau mengikuti kegiatan extrakulikuler. Sementara untuk Arisu, sepertinya ia akan langsung pulang ke rumah. Dan sekali lagi ia tidak menyadari keberadaanku saat keluar kelas dan aku, karena penasaran mengikutinya.

Aku mengikuti Arisu setelah pulang sekolah. Tapi… Ini kan… Tempat pemakaman. Ada urusan apa sampai-sampai Arisu pergi ke pemakaman? Apa ia mengunjungi kerabatnya yang meninggal? Tapi seingatku kerabatnya belum ada yang meninggal.

Arisu berhenti di depan sebuah makam. Aku terkejut dengan nama yang ada di makam itu, “Kasumi Fukishima”. Aku tidak percaya dengan apa yang kulihat. Apakah aku benar-benar sudah meninggal? Kalau kupikir lagi, sepertiya masuk akal. Kamarku yang sudah rapih, ibuku yang tidak menyiapkan makanan yang biasa untukku sarapan, dan juga… Arisu serta murid-murid yang lain dan para guru yang tidak menyadari keberadaanku. Seolah-olah mereka tidak bisa melihatku.

Aku melihat Arisu membuka tasnya dan mengambil dua gelang yang sepertinya ia buat sendiri dengan bahan benang sulam. Arisu menaruh salah satu gelang itu di makam dengan namaku. Tidak tahan melihat apa yang akan dilakukan Arisu, aku berjalan menjauhinya, meninggalkan Arisu sendirian di pemakaman dan tentunya keluar dari wilayah pemakaman.

Aku melihat ke langit, aku ingat sesuatu, saat pulang sekolah, aku dan Arisu berpisah di sebuah persimpangan karena rumah kami berada di arah yang berbeda. Aku ingat... Karena sifat ketidak pedulianku akan hal di sekitarku, aku sampai tertabrak kendaraa. Tidak pernah terpikir olehku… Saat berada di rumah atau di sekolah… Aku tidak pernah berfikir kalau aku sudah mati. Sampai aku mengikuti Arisu mengunjungi makamku.

Aku berbalik, melihat ke wilayah pemakaman, lebih tepatnya kea rah Arisu yang masih megunjungi makamku. Aku menghela nafas. Sudah saatnya aku pergi dari dunia ini. Tunggu… Sudah saatnya? Sepertinya memang sudah saatnya aku pergi dari dunia ini. Yaah… Selamat tinggal dunia yang ‘membosankan’ dan juga… Selamat tinggal Arisu.



Ok! That's all for the story! ^~^
Seperti yg label na blg, One Shot Story berarti cerita langsung tamat ^~^b
Enjoy~ XD and comment please~ Secara ini cerita one shot pertama gw dan lagi cerita dengan First POV yg pertama~ (_ _)

Friday, March 12, 2010

Avatars~ XD

Okay~ dlm post sbelumnya gw blg dlm judulnya Some Siggy and Avatars tapi ternyata yg inget cuman siggy na(judul post da gw edit jd siggy na doang). Well~ skrg giliran ava na~~ Ini dia avatar2 na~ XD



1.




Avatar visu pertama tmn saya.. Lumayan jg o.o *plak*

2.




Avatar ats req seseorang yang make foto Rain untuk jadi guru XD
TP asli dh.. Rain klo pake kacamata jd kea guru O.o

Itu doang avatar-avatar na~ XD
Maap cuman ada 2 soalnya saya kurang bisa bikin avatar make GIMP >.

Wednesday, March 10, 2010

Some siggy

Hoaa~~ uda lama ga post blog~ Eh pas mo nge-post malah kaga tau topiknya apa *plak* Mending gw post siggy2 gw yg da jadi + gw bikin na pk GIMP aja kali ya~~

Well, inilah siggy2 na~


Klo ini... Bikin na pk nyari foto na dulu karena gw ga tw mo pk foto yg mana.. Soalnya skali gw ksh liat foto yg mo d pk malah d kasih foto na dgn model lain.


Siggy req 'orang' bwt visu dy.. Tp sepertinya dia dipaksa bwt make foto yg ini(krn gw inget perna bikin siggy pk ni foto)


Aha~ klo ini req org~ tp karena org na ga tw ni siggy gw yg buat, maka tmnnya lha yang minta~ XD


Untuk siggy ini~ ga sengaja kebikin bwt ngisi waktu sementara inet d pinjem. Trs text na bakal d tambain ndiri sm org na ^_^v

Sunday, March 7, 2010

The Judgement of Paris

Hh... I remembered that i was once, sent a message to my friends about The Golden Apple or... The Judgement of Paris.

I forgot the whole story~ but, i was able to remember the message because of Wikipedia and a comic book(Detective Conan) help~

Anyway~ the story is.. Like this(in short, maybe):

"There were three goddesses who invited into a banquet. They are Hera, The Goddess of Women and Marriage; Athena, The Goddess of Civilization, Wisdom, Strength, Strategy, Craft, Justice, and Skill; and Aphrodite, The Goddess of Love, Beauty, and Sexuality.

Eris, The Goddess of Discord, was uninvited and envied. She sent a golden apple with an inscription "For The Fairest" to the three goddesses.

The three goddesses told Paris of Troy to choose one of them who suitable for the apple. First, approached Hera who offered to make him famous, powerful king; next came Athena, who offered to make him wise, above even some of the gods; and last came Aphrodite, who said she would give him the most beautiful woman in the world as his wife, Helen at that time, of Sparta.

Paris chose Aphrodite, which would ultimately lead to the startof the Trojan War."

Pages