Sunday, March 21, 2010

Am I already dead?

Am I already dead?

Aneh... Kenapa suasanya sangat sepi..? Kenapa semua orang di sekolah tidak menyadari keberadaanku? Bahkan guru-guru dan sahabatku... Kenapa mereka tidak menyadari kalau aku berada di sana..?



Aku dan temanku sedang berjalan pulang dari sekolah. Kami berpisah di sebuah persimpangan karena rumah kami berlawanan arah. Aku berjalan melintasi jalan raya. Seperti biasa, aku tidak memperhatikan di sekitarku sampai-sampai tidak melihat kalau lampu merah sudah menyala tapi aku tetap saja berjalan. Aku mendengar beberapa orang berteriak, seperti ada sesuatu yang mengerikan. Tapi aku tetap tidak peduli dengan mereka. Tiba-tiba saja sekelilingku menjadi gelap.

Aku terbangun di tempat biasa, kamarku. Seperti biasa, hari yang baru, tapi dengan kegiatan yang biasanya, kegiatan yang menurutku membosankan. Pergi ke sekolah dan belajar. Kurang lebih hidupku hanya untuk itu saja. Membosankan. Tapi setidaknya aku mempunyai beberapa teman di sekolah, atau di dunia maya yang tidak ada seorang pun yang tau, termasuk orang tuaku.

Kasumi Fukushima adalah namaku. Aku terlahir di keluarga yang biasa-biasa saja. Tapi sepertinya ayah dan ibuku selalu sibuk dengan pekerjaan mereka dan selalu pulang malam sehingga mereka tidak bisa meluangkan waktu bersamaku. Berkat hal itu aku menjadi sedikit tidak peduli dengan keadaan sekitarku.

Jam setengah tujuh pagi. Aku turun dari ranjangku. Aneh sekali… Suasana di rumah sangat sepi. Seperti hanya aku seorang yang ada di rumah. Padahal biasanya ibuku selalu memanggilku karena sarapan sudah disiapkan dan setelah itu ia dan juga ayahku segera pergi bekerja, meninggalkan aku sendiri di rumah. Dan anehnya lagi, kenapa aku sudah memakai seragam sekolahku? Sepertinya aku tertidur dengan memakai seragam sekolahku? Ya sudahlah, aku tidak peduli dengan hal itu.

Aku melihat ke sekeliling kamarku. Aneh… Kamarku terlihat sangat rapih. Seperti tidak ada orang yang memakai kamar itu. Aku berjalan mendekati rak bukuku, memeriksa susunan bukuku yang biasanya berantakan. Kali ini susunannya rapih sekali. Kemudian aku memeriksa peralatan sekolahku di tas yang berada di meja belajarku. Peralatan sekolahku masih tetap berada di tas seperti biasa. Tapi tunggu, kalau semua yang ada di kamarku dirapihkan, bagaimana dengan ranjangku? Akhirnya aku berbalik melihart ke arah ranjangku, terlihat sangat rapih seperti tidak digunakan walaupun tadi aku bangun tepat di atas ranjangku. Aneh sekali. Pada akhirnya, aku turun ke bawah untuk melihat apa yang sedang terjadi di rumah, kenapa rumahku sangat sepi?

Sesampainya di bawah, aku benar-benar terkejut karena tidak ada orang, sangat sepi. Aku berjalan ke meja makan. Tidak ada makanan di atas meja. Sepertinya ibuku lupa menyiapkan makanan untuk sarapanku, dan sepertinya ayah dan ibu sudah pergi kerja. Hal yang sangat jarang terjadi. Akirnya aku memutuskan untuk pergi ke sekolah.

Pintu depan tidak dikunci seperti biasa saat aku ingin pergi ke sekolah dan aku mengunci pintu rumahku dengan kunci rumah yang selalu aku bawa di saku bajuku. Aku berjalan menuju ke sekolah, tidak membawa tas sekolahku karena aku tidak berniat masuk ke kelas. Walaupun aku masuk, aku hanya akan melihat keluar jendela atau tidur di kelas.

Aku sampai di gerbang sekolah. Murid-murid masih terus berdatangan, memasuki sekolah. Sepertinya aku melihat seseorang di antara para murid yang akan memasuki sekolah. Seorang perempuan, dan sepertinya aku mengenal perempuan itu. Ah… Bukankah dia sahabatku? Arisu Yamashina. Seorang putri bangsawan yang anehnya mau menjadi sahabatku.

Tapi Hana berjalan memasuki sekolah tanpa menyapaku dan ia seperti tidak melihat keberadaanku di gerbang sekolah. Aku baru sadar setelah memperhatikan murid-murid lain, sepertinya mereka tidak melihat kalau aku berada di antara mereka. Tapi aku tidak peduli akan hal itu, karena aku sudah sering menjadi orang yang tidak dikena atau bisa dibilang orang yang tidak mempunyai hawa keberadaan. Tapi tidak untuk Arisu, biasanya ia mengetahui kalau aku ada di sana.

Akhirnya aku memasuki sekolah juga. Tapi aku tidak masuk ke kelas. Guru-guru yang berjalan di koridor sekolah sepertinya tidak menyadari kalau aku berada di sana karena mereka hanya berjalan tanpa menanyakan kenapa aku tidak masuk ke kelas. Sebenarnya apa yang terjadi di sini? Kenapa semua orang termasuk Arisu sepertinya melihat kalau aku berada di tempat yang sama dengan mereka? Pada akhirnya aku menunggu sampai bel pulang berbunyi. Saat istirahat aku perhatikan Arisu sama sekali tidak keluar dari kelas. Tidak biasanya ia begitu.

Bel pulang berbunyi. Semua murid di kelasku dan di kelas lain segera keluar untuk pulang atau mengikuti kegiatan extrakulikuler. Sementara untuk Arisu, sepertinya ia akan langsung pulang ke rumah. Dan sekali lagi ia tidak menyadari keberadaanku saat keluar kelas dan aku, karena penasaran mengikutinya.

Aku mengikuti Arisu setelah pulang sekolah. Tapi… Ini kan… Tempat pemakaman. Ada urusan apa sampai-sampai Arisu pergi ke pemakaman? Apa ia mengunjungi kerabatnya yang meninggal? Tapi seingatku kerabatnya belum ada yang meninggal.

Arisu berhenti di depan sebuah makam. Aku terkejut dengan nama yang ada di makam itu, “Kasumi Fukishima”. Aku tidak percaya dengan apa yang kulihat. Apakah aku benar-benar sudah meninggal? Kalau kupikir lagi, sepertiya masuk akal. Kamarku yang sudah rapih, ibuku yang tidak menyiapkan makanan yang biasa untukku sarapan, dan juga… Arisu serta murid-murid yang lain dan para guru yang tidak menyadari keberadaanku. Seolah-olah mereka tidak bisa melihatku.

Aku melihat Arisu membuka tasnya dan mengambil dua gelang yang sepertinya ia buat sendiri dengan bahan benang sulam. Arisu menaruh salah satu gelang itu di makam dengan namaku. Tidak tahan melihat apa yang akan dilakukan Arisu, aku berjalan menjauhinya, meninggalkan Arisu sendirian di pemakaman dan tentunya keluar dari wilayah pemakaman.

Aku melihat ke langit, aku ingat sesuatu, saat pulang sekolah, aku dan Arisu berpisah di sebuah persimpangan karena rumah kami berada di arah yang berbeda. Aku ingat... Karena sifat ketidak pedulianku akan hal di sekitarku, aku sampai tertabrak kendaraa. Tidak pernah terpikir olehku… Saat berada di rumah atau di sekolah… Aku tidak pernah berfikir kalau aku sudah mati. Sampai aku mengikuti Arisu mengunjungi makamku.

Aku berbalik, melihat ke wilayah pemakaman, lebih tepatnya kea rah Arisu yang masih megunjungi makamku. Aku menghela nafas. Sudah saatnya aku pergi dari dunia ini. Tunggu… Sudah saatnya? Sepertinya memang sudah saatnya aku pergi dari dunia ini. Yaah… Selamat tinggal dunia yang ‘membosankan’ dan juga… Selamat tinggal Arisu.



Ok! That's all for the story! ^~^
Seperti yg label na blg, One Shot Story berarti cerita langsung tamat ^~^b
Enjoy~ XD and comment please~ Secara ini cerita one shot pertama gw dan lagi cerita dengan First POV yg pertama~ (_ _)

0 comments:

Post a Comment

Pages