Shinny park, entah kenapa taman di kota itu dinamakan dengan nama Shinny park. Mungkin karena di taman itu terkadang terlihat sangat terang pada saat siang hari, sementara pada pagi atau sore hari udara di taman itu sangat sejuk, dan di malam hari udaranya bisa menjadi sangat dingin.
Terlihat sudah ada seseorang di taman itu, seorang gadis berambut panjang yang berwarna biru gelap mendekati warna hitam dan memakai gelang berwarna ungu gelap, hampir seperti hitam. Sepertinya gadis itu sedang menunggu seseorang. Tidak lama kemudian seorang gadis lagi dengan cirri-ciri yang sama tapi dengan warna gelang yang berbeda, warna putih atau lebih tepatnya silver. Sepertinya mereka berdua anak kembar identik.
“Hei… Maaf… Sudah lama menunggu?” Gadis dengan gelang warna silver itu bertanya dan meminta maaf.
Gadis dengan gelang ungu gelap itu hanya mengangguk, “Ya… Tidak apa-apa. Lagipula kita juga mau bertemu dengan seseorang.” Ucapnya.
“Ya… benar juga…” Balas gadis yang satunya lagi.
Sepertinya mereka sedang menunggu seseorang. Sahabat atau musuh? Atau orang yang penting bagi mereka? Yang pasti mereka sedang menunggu seseorang di taman itu.
Sementara di jalan, agak jauh dari taman, seorang gadis berambut coklat yang kita kenal sebagai Avaron, masih berjalan tanpa tujuan. Ia mengambil handphonenya dan melihat kalau ia mendapat beberapa pesan. “Let’s see…….” Gumamnya, melihat pesan yang diterimanya. “Shinny park? Ok.” Gumamnya lagi, berlari menuju Shinny Park dengan.
Hanya dalam beberapa menit ia sampai di Shinny Park dan melihat kedua gadis kembar itu. “Ah… Hei…! Maaf lama! Sepertinya aku telat dating lagi!” Ucapnya sedkit berteriak ke arah dua gadis itu. Ternyata Avaron orang yang sedang ditunggu kedua gadis itu.
Salah satu dari gadis kembar itu, lebih tepatnya yang memakai gelang berwarna ungu gelap, menghela nafas. “Hh… Ya… kami memaklumi Avaron. Kau selalu telat.” Ucapnya agak dingin
“Ya ya… Aku kan sudah minta maaf.” Avaron membalas dengan senyum innocentnya. “Tapi ngomong-ngomong, apa yang dilakukan oleh Schatten dan Licht Geisterdadt di sini?” Avaron bertanya, melihat ke arah gadis dengan gelang ungu gelap saat mengucapkan nama Schatten, dan melihat ke arah gadis dengan gelang silver saat mengucapkan nama Licht.
Geisterdadt, nama keluarga yang sedikit aneh untuk orang Jepang. Mungkin kedua gadis kembar itu bukan keturunan asli Jepang dan dari nama mereka bisa ditebak kalau mereka keturunan orang Jerman.
“Kami hanya ingin bertemu denganmu. Lagipula kita sudah lama tidak bertemu kan?” Licht, gadis dengan gelang berwarna silver menjawab dengan jawaban yang disertai pertanyaan.
“Iya juga sih… Tapi baru beberapa bulan tidak bertemu belum bisa dikatakan lama.” Avaron menjawab dengan sedikit ragu.
“Ya ya… Mengesampingkan hal itu, kalau kami ingin bertemu denganmu, bagaimana kalau kau memberitahu kami alasan kau terlambat dating.” Ucap Schatten, gadis yang satu lagi. “Kau selalu mempunyai alasan yang bagus untuk terlambat bukan?” Tambahnya, dengan tatapan sedikit mengancam. Sementara Licht hanya bisa diam melihat tatapan yang diberikan Schatten.
Seketika itu juga Avaron menjadi sweatdrop, berfikir apakah ia harus memberitahu alasan mengapa ia terlambat. Tapi karena ia melihat tatapan yang diberikan oleh Schatten yang terlihat menakutkan dan terkesan mengancam, akhirnya Avaron pun memberitahukan alasan ia terlambat dating, dan yang pasti ia memberitahukannya tanpa niat.
Avaron memberitahukan kejadiannya dari awal sampai akhir. Yang dimaksud dengan awal adalah saat ia menabrak seseorang di koridor, dan yang dimaksud dengan akhir adalah kejadian di sungai. Sementara kedua temannya hanya bisa diam mendengar cerita Avaron. Mereka terlihat sedikit tidak percaya dengan cerita Avaron.
“Kalian puas…?” Avaron bertanya, terlihat wajahnye menjadi merah lagi karena menceritakan kejadian yang ia alami bersama seorang laki-laki bernama Kaze Fujisaki di sungai.
Schatten dan Licht menatap satu sama lain untuk beberapa detik. Kemudian secara tiba-tiba mereka mulai tertawa, membuat Avaron yang wajahnya masih memerah menjadi kaget.
“Apa itu benar terjadi padamu Avaron?!” Licht bertanya, ia masih tertawa karena cerita Avaron barusan.
“Sangat tidak terduga Avaron yang kita kenal mengalami hal seperti itu…” Ucap Schatten yang juga masih tertawa, tapi setidaknya ia tertawa kecil.
“Hei! Aku serius!” Avaron membalas, ia terdengar serius dari nada biacaranya. “Memang hal itu tidak pernah terjadi padaku tapi…. Itu memang terjadi tadi.” Tambahnya, berusaha meyakinkan kedua temannya itu.
Reaksi yang didapat Avaron dari kedua temannya masih sama seperti tadi, tidak percaya, walaupun kedua temannya sudah tidak lagi tertawa.
“Baiklah… Kami akan mempercayaimu kalau kau mau menunjukkan yang mana anak berambut hitam dan bernama Kaze Fujisaki itu.” Ucap Schatten, sedikit menggoda. Licht hanya mengangguk, tanda ia setuju dengan dengan ucapan Schatten.
Avaron menjadi terkejut lagi karena kedua temannya ingin melihat orang yang ada di dalam cerita Avaron, seorang anak laki-laki berambut hitam bernama Kaze Fujisaki.
“Hei… Mau merencanakan apa kalian dengan bertemu dengannya?” Avaron bertanya dengan curiga.
Kedua temannya hanya memberikan senyum innocent mereka, “Tidak merencanakan apa-apa kok” Mereka membalas secara bersamaan, semakin menambah rasa curiga Avaron. “Jadi…? Mau mempertemukan kita dengan anak itu, A-va-ron?” Tambah Schatten dan Licht, terdengar sedikit mengancam ketika mereka menyebut nama Avaron.
Mendengar ucapan kedua temannya yang terdengar mengancam, Avaron akhirnya pasrah, memutuskan untuk menunjukkan atau mempertemukan kedua temannya dengan Kaze.
“Kalau begitu… Kita ke sungai.” Ucapnya. Sepertinya sekarang Avaron sudah agak tenang. “Mungkin ia masih ada di sana…” Tambahnya, mulai berjalan menuju taman diikuti Schatten dan Licht dari belakang.
Avaron, Schatten, dan Licht sampai di River Side hanya dalam beberapa menit. Sepertinya di sungai itu masih ada anak laki-laki berambut hitan yang tadi diceritakan oleh Avaron.
“Ah… Ternyata dia masih berada di sana…” Pikir Avaron, sweatdrop karena pada awalnya ia berharap agar anak laki-laki itu sudah pergi atau pulang dari sungai.
“Hooo…. Jadi itu orangnya…” Ucap Licht tiba-tiba, sembari menatap anak laki-laki berambut hitam itu.
“Hm…” Schatten hanya bergumam.
Kemudian kedua anak kembar itu menatap satu sama lain, memberikan perasaan yang tidak enak kepada Avaron yang melihatnya. Kemudian mereka terlihat tersenyum yang sepertinya merencanakan sesuatu. Dan secara tiba-tiba…..
“Hei kau!” Schatten menghampiri anak laki-laki itu, “Namamu Kaze Fujisaki bukan?” Tanyanya
Avaron yang melihat itu hanya bisa speechless, tidak tahu harus berkata apa. Sebenarnya ia ingin menghampiri Schatten dan menyeretnya kembali, tapi ia ditahan oleh Licht dan tidak hampir tidak bisa bergerak.
“Ah… Ya… Memangnya kenapa?” Anak laki-laki itu bertanya.
“Kudengar kau teman sekelas temanku itu” Schatten menunjuk Avaron yang masih ditahan oleh Licht, “Boleh minta…………………….” Schatten berbicara dengan suara yang kecil, yang hanya bisa didengar oleh mereka berdua, dan sepertinya Kaze memberitahu sesuatu kepada Schatten yang akhirnya ia catat dengan handphonenya.
Perasaan Avaron menjadi semakin tidak enak , tapi mau bagaimana lagi, ia ditahan oleh Licht agar tidak bisa bergerak dan tidak tahu harus mengucapkan kata apa.
“Ok… Thanks.” Schatten berterima kasih karena sesuatu yang diberikan Kaze. Kemudian ia berjalan kembali ke tempat Avaron dan Licht.
Licht melepaskan Avaron sehingga ia bisa bergerak lagi. Tapi dengan segera Avaron bertanya kepada Schatten dengan perasaan amat sangat curiga, “Hei! Apa yang kau minta dari dia?!”
“Hanya……….” Schatten berbisik di telinga Avaron dan mengirimkan sesuatu ke Avaron dengan e-mail melalui handphonenya. “Disimpan ya…” Schatten menyarankan dengan senyum innocentnya, disertai senyum innocent Licht juga.
Sepertinya ‘sesuatu’ yang diberitahukan Schatten membuat wajah Avaron memerah lagi, tapi kali ini merah padam.
“Okay… I'm going home!” Ucap Avaron, berniat untuk kembali ke asrama di Oozora Gakuen. Tapi belum sempat ia berjalan menuju Oozora, ia melihat Kaze yang sepertinya sedari tadi menatapnya. Kaze hanya tersenyum melihat Avaron dan membuat wajah Avaron menjadi semakin merah dan Avaron pun berlari menuju Oozora, lebih tepatnya langsung menuju kamarnya di asrama.
Schatten dan Licht hanya bisa menahan tawa melihat Avaron yang bisa dibilang salah tingkah. “Maaf teman kami memang seperti itu.” Ucap Licht kepada Kaze mengenai Avaron. “Maaf… Kami pergi dulu.” Ucap Schatten. “See ya Fujisaki-san” Ucap Schatten dan Licht bersamaan, kemudian pergi dari tempat itu.
Sementara di Oozora Gaken, tepatnya di asrama lantai 3, dan lebih tepatnya di kamar Avaron dan juga kamar teman sekamarnya.
Avaron sepertinya sudah merapihkan diri dalam arti lain mandi dan sebagainya. Kemudian ia membuka pesan yang tadi dikirimkan oleh Schatten. Ia pun menghela nafas tapi menyimpan isi pesan itu.
“Hh… Schatten… Licht… You’ll pay for this!!” Pikirnya agak kesal dengan wajah yang memerah karena hal tadi. Walaupun ia sepertinya kesal, tapi ia menyimpan juga isi pesan yang ternyata adalah kontak anak bernama Kaze Fujisaki itu.
- To be continued
0 comments:
Post a Comment